MOUNTAINEERING: PENJELASAN SINGLE ROPE TECHNIQUE (SRT)

Pernahkah anda membayangkan diri anda terjebak dalam sebuah gedung bertingkat yang sedang terbakar, dan hanya ada tali disekitar anda? atau bayangkan jika anda tersesat di dalam hutan atau gunung saat melakukan pendakian, dan anda terpaksa harus menuruni sebuah tebing atau jurang?

Tentu hal semacam itu bukanlah sesuatu yang kita harapkan, namun kita harus mempersiapkan diri secara mental maupun skill untuk menghadapi situasi tersebut.

Mountaineering dapat diartikan sebagai kegiatan mendaki gunung, di dalam suatu pendakian medan perjalanan tidak selalu dapat dilalui dengan berjalan kaki. Ada kalanya medan yang dihadapi berupa tebing dengan berbagai derajat kemiringan, jurang, dsb.. Berikut ini akan dijelaskan teknik menuruni tebing dan pemanjatan tali. Teknik-teknik tersebut dikenal dengan istilah “General Mountaineering”. Dalam kegiatan SAR teknik-teknik mountaineering juga digunakan untuk evakuasi korban di medan sulit seperti jurang atau turunan yang curam yang sering disebut juga “Vertical Rescue” dan melewati medan-medan sulit saat pencarian. Teknik tali ini juga berfungsi untuk menyelamatkan diri sendiri saat terjadi situasi seperti tersebut diatas.

Begitu juga bagi  seorang relawan SAR, kegiatan pencarian dan penyelamatan dapat terjadi dimana saja dengan medan yang terkadang sangat sulit seperti turunan yang curam, jurang, gua vertikal, dll. Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan itu kita harus menggunakan peralatan mountaineering dan teknik-teknik khusus. Maka dari itu teknik-teknik mountaineering ini termasuk dalam pendidikan dasar relawan SAR, meskipun sangat jarang digunakan tetapi akan sangat bermanfaat pada saat dibutuhkan.

Lebih dari itu, mountaineering juga memiliki banyak kegunaan lain, seperti:

  1. Sarana penyaluran hobi, selain sebagai skill dasar yang harus dimiliki setiap orang, teknik mountaineering dalam hal ini adalah Single Rope Technique (SRT), sering dijadikan hobi oleh sebagian kelompok seperti pecinta alam.
  2. Sebagai relaksasi, bagi orang yang hidup di daerah perkotaan, berlatih Mountaineering  dengan memilih lokasi di tempat yang jauh dari perkotaan dan memiliki pemandangan yang indah akan merelaksasi otak.
  3. Sebagai pelatihan keberanian, beberapa orang yang memiliki ketakutan tertentu atau phobia dapat melakukan pelatihan mountaineering untuk membiasakan diri melawan ketakutannya.

Rangkaian teknik  dasar yang perlu untuk  dipelajari sebagai seorang relawan SAR maupun umum adalah teknik tali satu, atau biasa disebut dengan Single Rope Technique (SRT)

Menuruni Tali (Rappelling)

jausan.id - Cara Rappelling

Rappeling merupakan teknik turun menggunakan tali karmantel, Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing, jembatan, gedung, dll. Rappelling dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappelling adalah sebagai berikut:

  1. Menggunakan tali karmantel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
  2. Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
  3. Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.

Macam-macam teknik rappelling

  1. Arm rappel
jausan.id - Tehnik Arm Rappell

Cara ini digunakan pada tebing pendek dan tidak terlalu curam kecepatan turun dikontrol melalui genggaman tangan dan gesekan pada bahu serta lengan. Keseimbangan tubuh terjaga dengan cara menghadapkan badan ke arah turun, merentangkan tangan, dan mengatur langkah kaki.

  • Dulferitz (body) rappel
jausan.id - Tehnik Body Rappell

Dulferitz (body) rappel merupakan cara sederhana, cepat, dan tidak membutuhkan alat selain tali. Dibanding teknik lain, teknik ini paling panas karena paling banyak menghasilkan gesekan tali pada tubuh, sehingga lebih baik digunakan dengan tali basah dan tebing yang tidak terlalu tinggi.

            Cara praktisnya :

  • Tangan kiri pada tali hanya berfungsi untuk menjada keseimbangan dan badan agar tetap tegak. Tangan kiri bukan untuk menahan berat badan
    • Tangan kanan untuk mengontrol kecepatan turun
    • Usahakan tubuh tetap tegak (mendekati 90°) untuk mengontrol keseimbangan pada kaki
    • Setidaknya satu kaki harus selalu menapak sempurna pada tebing (kaki yang lain untuk melangkah), jika kedua kaki lepas maka control keseimbangan akan hilang, bisa berputar dan tali di antara dua kaki bisa lepas

Teknik ini dapat digunakan untuk menuruni tebing terjal tetapi untuk tebing yang menggantung (overhanging) cara ini berbahaya karena kedua kaki tidak menyentuh tebing.

  • Teknik Komando
jausan.id - Tehnik Rappelling Komando

Pada teknik ini tali dililitkan pada carabiner yang terkait pada tali tubuh (harnes) sebanyak satu atau dua lilitan tergantung pada besarnya tali

Dilihat dari posisi tubuh, pada teknik ini terdapat dua gaya:

  1. Sit rappel

Posisi carabiner berapa di depan tubuh (perut) sehingga posisi badan tegak (mendekati 90°) menghadap tebing

  • Australian rappel
Jausan.id - Ausie Rappel

Posisi carabiner persis berada di belakang tubuh (pinggang) sehingga posisi badan menghadap ke bawah. Posisi kaki menapak sempurna pada tebing sambal berjalan atau berlari. Satu tangan memegang tali untuk keseimbangan dan pengontrol kecepatan sedang tangan yang lain bebas (untuk militer biasanya dengan membawa senjata).  

  • Carabiner brake (descendeur)
jausan,id - carabiner brake

Teknik ini menggunakan alat bantu sedemikian rupa sehingga kecepatan peluncuran lebih dapat dikontrol (dikurangi). Alat ini dikenal dengan nama descendeur (brake bar discendeur). Saat ini telah banyak diciptakan berbagai macam descendeur, antara lain ; figure of eight, auto stop, dan lain lain

Pedoman umum pada rappelling:

  • Pastikan bahwa anchor dan ikatan tali sudah cukup kuat, serta tambahkan pengaman cadangan pada anchor
    • Pastikan ujung tali telah menyentuh dasar tebing, apabila diragukan buatlah simpul pada ujung tali supaya dapat menggentikan peluncuran
    • Pastikan tali tubuh (harnest) terpasang dengan benar dan kuat, begitu juga carabiner, descendeur dan lilitan tali
    • Tangan yang berfungsi sebagai pengontrol gesekan (umumnya tangan kanan) sama sekali tidak boleh lepas karena berakibat kecepatan turun tidak terkendali dan berakibat sangat fatal. Sedangkan tangan yang lain berfungsi sebagai keseimbangan saja.
    • Untuk keseimbangan, kaki jangan lebih tinggi atau lebih rendah dari tubuh. Karena jika terlalu tinggi maka badan bisa terjepit di tali dan tebing, dan jika terlalu rendah maka badan bisa tertarik ke depan dan membentur tebing.
    • Usahakan posisi badan pada saat memulai rappelling tegak lurus / 90° dari tebing, kalau tidak bisa tergelincir
    • Perhatikan rambut dan pakaian jangan sampai menghalangi system gesekan antara tali, carabiner dan tubuh, karena hal tersebut dapat menghambat peluncuran.
    • Pastikan pembelay (orang yang membantu mengamankan di bawah) sudah stan by di tempat

Memanjat tali

1.Prusiking

jausan.id - prusiking

Teknik memanjat tali dengan menggunakan tali prusik, disebut demikian karena menggunakan simpul prusik. Prinsipnya, satu tali prusik terikat pada harnest dan satunya untuk tumpuan kaki

Alat yang digunakan:

  • Tali
    • Harnest (tali tubuh)
    • Carabiner
    • Dua buah tali prusik diameter 5-7 mm

2.Jummaring

jausan.id - Teknik Ascending Jumaring

Teknik memanjat tali dengan alat jumar, teknik ini membutuhkan banyak alat yang spesifik sesuai dengan kegunaannya seperti croll, auto stop descender, dll.

Demikian adalah beberapa teknik dasar mountaineering yang perlu untuk dimiliki semua orang, yakinkanlah diri anda bahwa tidak ada salahnya belajar dan berlatih, suatu saat ilmu yang anda miliki pasti akan berguna untuk diri anda sendiri. Semoga bermanfaat.

POST REPLY