Pertolongan Pertama untuk Luka Tak Kasatmata: PFA

Luka Tak Kasatmata?

Berbeda dari luka yang kita dapat saat jatuh dari sepeda, tidak ada darah, jahitan, maupun perban yang bisa digunakan untuk mengindikasi apakah seseorang punya luka ini atau tidak. Luka yang tidak kelihatan ini biasanya bersumber dari psikologis yang terganggu karena kejadian traumatis krisis yang menimpa seseorang seperti perang, bencana alam, kecelakaan, kebakaran, maupun kekerasan interpersonal, baik fisik maupun non-fisik.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi dampak dari kejadian krisis. Namun, beberapa orang yang sedang berada di dalam kondisi rawan akan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan tantangan hidupnya. Situasi pasca bencana adalah salah satu kondisi rawan dimana ada banyak orang yang segera memerlukan bantuan untuk pulih dari trauma akan kejadian krisis yang baru saja mereka alami. Sayangnya, kondisi darurat pasca bencana seringkali menghambat mereka untuk segera mendapatkan bantuan dari tenaga ahli dan profesional.

Saat Kita Bukan Psikolog, Adakah Cara Untuk Membantu?

Jawabannya, ada! PFA, atau Psychological First Aid, atau Pertolongan Psikologis Pertama (3P) merupakan respons yang bersifat manusiawi dan suportif kepada sesama manusia yang menderita/memerlukan dukungan (Sphere, 2011) (IASC, 2007). PFA bukanlah tindakan ekslusif yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli dan professional. Relawan pun memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan respon dan dukungan yang termasuk di dalam kajian PFA, antara lain:

  1. Memberikan perawatan dan dukungan yang praktis kepada korban, namun tidak menginterupsi penjelasan korban.
  2. Merencanakan kebutuhan dan hal-hal yang harus diperhatikan
  3. Membantu korban untuk mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar (contohnya: makanan dan minuman, informasi)
  4. Menjadi pendengar, namun tidak memaksa korban untuk berbicara
  5. Menghibur korban dan membantu mereka merasa tenang
  6. Membantu korban untuk terhubung pada penyedia informasi, layanan-layanan lain, dan sosial
  7. Melindungi korban dari bahaya yang lebih lanjut

Apakah PFA sama dengan konseling profesional?

Tentu saja berbeda. Seperti yang telah disebutkan di atas, PFA bukanlah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli dan professional, sehingga secara otomatis ia berbeda dari konseling profesional. Tindakan PFA juga bukan ajang untuk menginterogasi tentang kejadian krisis yang dialami seseorang, sehingga permintaan untuk menjelaskan kejadian krisis secara detail dan urut merupakan tindakan yang haram untuk dilakukan. PFA harus membuat korban merasa aman, sehingga pemaksaan untuk menceritakan perasaan dan reaksi mereka terhadap bencana praktis menjadi satu hal lagi yang tidak boleh dilakukan oleh para relawan PFA.

Perlukah Relawan Belajar Tentang PFA?

Kondisi pasca bencana yang serba darurat seringkali membuat akses bantuan profesional untuk korban dengan luka psikologis ini jadi terhambat. Kehadiran relawan bencana yang biasanya lebih awal daripada pihak-pihak lain tentunya akan sangat membantu pemulihan kondisi korban bencana, terlebih dengan kemampuan PFA yang memadai. Sehingga tidak ada salahnya bagi relawan kebencanaan untuk mempelajari PFA. (Salsabila R.)

POST REPLY